Sabtu, 29 Maret 2014

Minggu, 09 Februari 2014

BOROBUDUR SEMAKIN INDAH SAJA



Hari ini Minggu tanggal 9 Februari 2014 saya menyempatkan diri untuk mengunjungi Candi Borobudur. Jam 07.00 saya sampai di lokasi Candi Borobudur, bagi saya jam segitu sepertinya sudah terlalu siang, karena Candi Borobudur akan terlihat lebih indah saat dinikmati di pagi hari saat sinar matahari masih bersinar segar. Tidak seperti terakhir kali saya berkunjung disini, sekarang parkir sepeda motor tidak lagi berada dalam kompleks candi akan tetapi sudah diserahkan ke masyarakat sekitar untuk dikelola. Sehingga parkir motor berada diluar sekeliling dari kompleks candi. Saya rasa kebijakan tersebut bagus karena masyarakat sekitar jadi ikut terberdayakan dimana isu yang ada selama ini masyarakat mendapatkan porsi yang sangat kecil dari geliat hiruk pikuk bisnis pariwisata di Candi Borobudur.
Hal lain yang berbeda adalah karcis masuk yang seharga Rp.30.000. Waw, mahal untuk ukuran masyarakat Magelang dan Jawa Tengah-DIY pada umumnya. Hmmm, tapi ternyata setelah masuk ke kompleks Candi saya mendapatkan kesan pertama harga karcis senilai itu sepertinya akan sepadan dengan yang saya dapatkan . Disepanjang jalan masuk kearah candi sekarang sudah mulai ada kursi-kursi elegan dengan cap ukiran logo Borobudur. Sangat pas dan cocok sekali untuk melengkapi taman-taman yang indah disekitar candi. Hmmm saya merasa pengelola candi borobudur telah menambahkan detail yang brilian sekali.
Oya, untuk menjaga kebersihan dan ketertiban di sekitar candi sekarang ada peraturan untuk tidak boleh membawa makanan masuk ke kompleks candi. Setelah pemeriksaan karcis kita akan langsung berhadapan dengan pemeriksaan tas dan barang bawaan. Pengunjung yang membawa makanan dan minuman diharuskan meninggalkannya diluar kompleks candi. Saya rasa ini kebijakan yang bagus juga, Candi Borobudur selain sebagai objek wisata juga merupakan tempat peribadatan yang disakralkan oleh umat Buddha. Sehingga kebersihan dan tata krama di lingkungan candi memang perlu dijaga pula.

BERSAMBUNG...
 

Jumat, 31 Januari 2014

CANDI MENDUT PAGI INI



Candi Mendut merupakan candi bercorak Buddha yang terletak di Desa mendut, Kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa tengah. Lokasinya kurang lebih 3 kilometer dari Candi Borobudur. Antara Candi Borobudur, Candi Pawon dan Candi Mendut sepertinya mempunyai kaitan yang sangat erat karena apabila dilihat posisinya ketiga candi tersebut TEPAT berada pada garis lurus dilihat dari arah utara-selatan.
            Candi Mendut sangat menarik apabila kita berkunjung di pagi hari (antara jam 06.00 – 08.00). Saat berkunjung di jam-jam segitu kita akan merasakan sensasi yang berbeda. Coba bayangkan kombinasi ini: Sebuah candi peninggalan leluhur kita (Dinasti Syailendra 824 Masehi), sinar matahari pagi, udara yang segar, rumput hijau yang masih basah karena embun, kadangkala kios pedagang yang ada disekitar candi memutar musik dengan tema budha, hmmm saya tidak akan meminta lebih dari itu.


Minggu, 14 April 2013

Senin, 01 April 2013

Minggu, 01 Agustus 2010

Koin Perak Kuno 2 1/2 Gulden Belanda



Koin Perak Kuno 2 ½ Gulden Belanda


Di Indonesia hobi mengumpulkan koin kuno belum sepopuler hobi mengumpulkan perangko. Kalau hobi mengumpulkan perangko disebut Filateli, maka hobi mengumpulkan uang lama disebut Numismatik. Numismatik mengacu pada suatu kegiatan mempelajari sekaligus mengumpulkan uang lama. Cakupan Numismatik disini termasuk koin, uang kertas, medali, token serta alat-alat tukar lainnya yang berfungsi sebagaimana halnya uang.

Banyak sekali koin kuno yang bisa ditemukan di tanah Indonesia. Mengingat dulu kita memiliki sejarah kerajaan yang terbentang luas dengan berbagai macam masa dan ragam kerajaannya, serta mengingat kita pernah mengalami masa kolonialisme penjajah Belanda. Maka tidak mengherankan kalau sisa-sisa peninggalan dari masa tersebut masih banyak ditemukan di Indonesia.

Koleksi koin kuno yang populer terutama koin Gulden peninggalan Belanda. Koin ini yang paling sering ditemukan sampai sekarang. Nominal koin Gulden bervariasi, dari yang paling kecil pecahan 1/10 Gulden berbahan perak sampai dengan yang paling besar nominal 10 Gulden yang terbuat dari emas. Dari semua pecahan tersebut yang paling mencolok adalah pecahan 2 ½ Gulden. Pecahan ini mempunyai berat 25 gram, berbahan perak dengan kadar bervariasi dari 72% sampai 94%.

Gambar koin Gulden pun bervariasi mengikuti masa pemerintahan dari Raja dan Ratu Belanda yang berkuasa pada waktu itu. Mulai dari Raja Willem I memerintah mulai tahun 1815 sampai dengan tahun 1840, Raja Willem II (1840 s/d 1849), Raja Willem III (1849 s/d 1890) dan Ratu Wilhelmina (1890 s/d 1948). Koin Gulden pada masa-masa tersebut secara umum langka karena nilai sejarah dan usia yang sudah lama. Akan tetapi dalam Numismatik ada yang masuk kategori langka sampai dengan yang sangat langka.

Paling tidak ada 10 jenis variasi tahun koin Gulden yang masuk kategori sangat langka untuk nominal 2 ½ Gulden. Mulai dari masa Raja Willem I, yaitu nominal 2 ½ Gulden tahun 1840 (2,5G 1840) dimana koin ini hanya muncul pada tahun 1840 saja. Untuk masa pemerintahan Raja Willem II rata-rata koin keluaran pada tahun tersebut langka karena jumlah cetaknya yang sedikit. Kecuali untuk tahun-tahun 1845, 1847, dan 1848. Sedangkan untuk masa Raja Willem III yang paling sangat dicari dan diburu oleh kolektor koin sehingga masuk kategori sangat langka adalah tahun 1863. Diantara para kolektor, koin tahun tersebut sangat sakral, dikarenakan tingkat kesulitan untuk mendapatkannya . Masih dari masa Raja Willem III tahun yang langka mencakup 1853, 1856, 1860 dan 1861.

Untuk masa Ratu Wilhelmina yang masuk kategori sangat langka adalah tahun 1898, kemudian tahun 1932 dengan variasi gambar rambut Wilhelmina yang lebih tegas (dicetak dengan relief yang dalam) populer di Indonesia  disebut variasi “rambut kasar” atau di internasional disebut “deep hair lines”. Lalu tahun 1938 “rambut kasar”, setelah itu tahun 1940.
Koin nominal 2 ½ Gulden Belanda baik tahun yang sangat langka maupun yang biasa mengandung tiga aspek penting sehingga layak untuk dikoleksi, yaitu: aspek sebagai KOLEKSI itu sendiri, aspek SEJARAH, dan aspek INVESTASI. Aspek koleksi mengandung nilai dimana desain koin tersebut sangat indah dan menarik. Gambar Raja dan Ratu Wilhelmina dipahat dengan sangat detail pada koin 2 ½ Gulden. Gambar tersebut memperlihatkan pahatan mulai leher sampai kepala atau lazim disebut “bust”. Pahatannya sangat menggambarkan wajah aslinya, sehingga mudah dikenali (ikonik).

Aspek sejarah dimana kita bisa belajar menggali cerita dari sebuah koin. Mempelajari siapa yang memerintah pada waktu itu, bagaimana dia memerintah, serta kejadian-kejadian apa yang terjadi masa itu bisa diketahui dengan mempelajari sebuah koin Gulden. Dari aspek sejarah akan timbul banyak pertanyaan yang akan semakin menarik kita untuk semakin mempelajari sejarah masa lalu. Yang terakhir aspek Investasi, dimana koin Gulden tersebut jumlahnya sangat terbatas, apalagi yang masuk kategori sangat langka diatas. Dengan menyimpan koin Gulden baik yang diperoleh sendiri, membeli langsung, ataupun mendapatkannya dari lelang kita bisa menyimpannya layaknya kita berinvestasi di emas. Koin Gulden tersebut nilainya akan selalu naik seiring dengan berjalannya waktu. Tentu saja sebelumnya kita harus rajin-rajin untuk mempelajari koin Gulden variasi atau tahun apa yang layak untuk kita simpan dalam jangka panjang, ataupun untuk disimpan dalam jangka pendek.

Penulis adalah Syarif, peng-hobi koin kuno pemilik blog jual-beli koin kuno KOINKUNO88 serta pemilik blog reefcoins.

Rabu, 08 April 2009